Anda tahu Gajah…? Ya, Gajah adalah seekor binatang yang dikenal karena kekuatannya. Di India Gajah digunakan untuk mengangkut gelondongan kayu yang besar dari tengah hutan. Abrahah pernah menggunakan pasukan Gajah untuk menghacurkan Ka’bah. Namun disebuah tempat sirkus anda melihat pemandangan yang lain. Dipojok sana ada seekor Gajah besar yang kakinya terikat pada sebuah rantai, ujung rantai yang satunya terpaut pada sebuah patok kayu yang ditanamkan kedalam tanah.
Dilihat sepintas sebenarnya Gajah itu bisa mencabut patok kayu itu dengan mudah, mengapa ia tidak melakukannya? Ia dengan patuh tunduk pada rantai yang mengikat kakinya, ia tidak pernah berjalan jauh dari patok kayu tersebut. Ternyata ia telah terikat pada patok kayu itu sejak masih kecil. Ketika masih kecil dahulu ia pernah beberapa kali mencoba melepaskan rantainya dari patok kayu tersebut, namun ia tidak sanggup. Dibenaknya telah tertanam keyakinan bahwa patok kayu itu sangat kuat, ia tidak mungkin mencabutnya dari tanah. Ketika ia telah dewasa keyakinan itu tetap tertanam dalam dirinya. Selama Gajah itu cukup memperoleh rumput kering, air minum dan kadang kadang kacang, maka ia sudah puas menjalani hidupnya hanya dalam radius beberapa meter dari patok kayu tersebut.
Ternyata kebanyakan dari kita, manusia ini juga mengalami hal serupa seperti gajah tersebut. Gerakan kita dibatasi oleh kepercayaan kepercayan atau keyakinan yang keliru.
Kita membiarkan kemampuan kita dibatasi oleh rantai rantai yang sebenarnya bisa kita putuskan dengan mudah. Kita terpenjara dalam fikiran dan keyakinan yang keliru. Kita akan berkata pada diri kita sendiri: ”Saya tidak mungkin mengerjakan hal itu”… ”Saya memang ditakdirkan untuk gagal… ya sudah sabar saja”… ”Saya tidak pantas mendapat kekayaan sebesar itu”… ”Saya terlahir dari keluarga miskin… tidak mungkin mendapatkan semua itu”… ”Saya tidak pantas mendapat penghargaan ini….” dan lain sebagainya. Inilah yang disebut dengan mental blocking atau hambatan mental yang merintangi seseorang untuk maju dan sukses dalam karirnya.
Saya pernah mengalami hambatan mental blocking ini ketika baru kembali dari pendidikan di LPPU ITB Bandung tahun 1982 yang lalu. Sebagai tanda terimakasih saya kepada PLN yang telah menyekolahkan saya ke Bandung saya harus betul betul mengabdi, saya harus puas menerima gajih tiap tanggal satu, tidak ada jalan lain bagi saya untuk mendapat penghasilan tambahan. Didalam fikiran saya tertanam kuat bahwa saya tidak mungkin mendapatkan penghasilan lain, kecuali hanya dari gaji yang saya terima tiap bulan. Saya harus puas dengan keadaan saya itu.
Bertahun tahun saya menjalani hidup dengan sabar, hidup pas pasan bahkan sangat kekurangan. Tetangga kiri kanan sudah merehab rumah, saya tetap sabar menghuni rumah sesuai aslinya yang saya terima dari BTN. Sampai satu ketika saya membaca buku ”Petuah ilmu kerezekian” oleh Suroso Orakas. Saya menyadari kekeliruan saya, mental blocking telah memenjarakan saya pada satu keyakinan yang keliru. Saya berusaha mendobrak keyakinan yang keliru tersebut. Saya tanamkan keyakinan bahwa Allah bisa memberi saya rezeki dari mana saja yang dikehendaki-Nya, setiap hari saya bayangkan dan saya rasakan bahwa saya mempunyai uang yang cukup untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup saya (walaupun pada kenyataannya tidak demikian) . Sampai akhirnya saya berkenalan dengan seorang teman yang mengajak bekerjasama memasarkan kapasitor pada gedung dan pabrik yang terkena denda Kvarh karena faktor kerjanya buruk. Sejak itu saya terbebas dari kesulitan finansial .
Dalam kehidupan sehari hari banyak orang yang mengalami hambatan karena adanya mental blocking yang memang sudah muncul sejak masa kanak kanak didalam dirinya. Dr Maxwell Maltz berpendapat bahwa sistem keyakinan merupakan semacam sistim hipnotis-diri. ”Tidaklah berlebihan” tulisnya ”bila dikatakan bahwa setiap manusia dalam kadar tertentu dihipnotis oleh gagasan gagasan dari orang lain yang terlanjur ditelannya mentah mentah, atau gagasannya sendiri yang ditanamkan menjadi keyakinan dalam dirinya. Membongkar dan menembus mental blocking yang menghambat karir atau pengembangan diri seseorang bukanlah perkara mudah. Dibutuhkan kemauan dan usaha yang ekstra.
Berbagai cara dilakukan untuk membongkar dan menembus mental blocking yang menghambat tersebut. Diantaranya dengan hipnoterapi, mengikuti kursus untuk membangkitkan motivasi, mengikuti workshop tentang pengembangan pribadi, mengulang ulang kalimat yang membangkitkan semangat setiap hari, dan lain sebagainya. Tidak semua mental blocking bersifat negatif diantaranya ada yang bersifat positif, misalnya rasa malu jika terbuka aurat didepan umum (terutama bagi wanita), merasa berdosa jika berdusta, atau tidak menepati janji, merasa berdosa jika melakukan perbuatan korupsi atau mengambil harta yang bukan haknya, merasa bersalah jika berselingkuh terhadap suami atau istri. Mental blocking yang positip tentu tidak harus dibongkar bahkan harus dipelihara dengan sebaik baiknya. Yang harus dibongkar adalah mental blocking negatif yang menghambat karir atau merintangi pengembangan pribadi.
Mental blocking negatif dapat menghambat seseorang untuk meraih sukses misalnya, kekayaan, jabatan, karir, jodoh, prestasi olah raga, pengembangan bisnis dan lain sebagainya. Mental blocking muncul didalam diri tanpa disadari. Perlu perhatian khusus untuk meneliti apa yang menjadi mental blocking yang menghambat karir kita masing masing. Setelah ditemukan juga perlu usaha yang kuat untuk menembus dan membongkar mental blocking tersebut. Adi W Gunawan dalam artikelnya tentang mental blocking di www.adiwgunawan.com menceritakan pengalamannya menangani beberapa kliennya yang menghadapi masalah mental blocking yang menghambat masalah perjodohan dan karirnya sebagai berikut:
Ini dari kasus klinis yang pernah saya tangani. Ada seorang wanita, sebut saja Rosa, cantik, ramah, cerdas, pintar cari uang, dan mandiri tapi sampai saat bertemu saya, usianya saat itu 35 tahun, masih jomblo alias single, belum dapat jodoh.
Rosa juga bingung mengapa ia sulit dapat jodoh. Ada banyak pria yang suka padanya. Namun setiap kali pacaran dan jika sudah masuk ke rencana untuk menikah, selalu muncul masalah sehingga hubungan mereka akhirnya putus.
Setelah dicari akar masalahnya, saya menemukan program pikiran, di pikiran bawah sadarnya, yang sangat baik namun justru bersifat menghambat dirinya untuk bisa dapat jodoh.
Apa itu?
Ternyata ayah Rosa meninggal saat ia masih kecil, usia 7 tahun. Sejak saat itu ibunya yang bekerja keras menghidupi keluarga mereka. Bahkan pernah sampai jatuh sakit dan hampir meninggal.
Nah, pas saat ibunya sakit keras,Rosa berdoa dan mohon kesembuhan untuk ibunya. Dan dalam doanya ia berjanji bahwa ia akan membalas semua pengorbanan ibunya, setelah ia dewasa kelak, dengan selalu menyayangi dan mendampingi ibunya.
Janji ini ternyata masuk ke pikiran bawah sadarnya dan menjadi program. Benar, sejak saat itu dan hingga ia dewasa Rosa adalah anak yang begitu sayang pada ibunya. Selama ini program pikirannya telah sangat membantu Rosa dalam menjalani hidupnya. Rosa bekerja keras, menjadi anak yang sangat mencintai ibunya. Dan ibunya juga begitu bersyukur dan bahagia karena mempunyai anak yang begitu menyayanginya. Nah, program yang sangat positif ini tiba-tiba berubah menjadi program yang menghambat (baca: mental block) saat Rosa ingin berkeluarga.
Program ini mensabotase setiap upaya Rosa untuk mendapat pasangan hidup. Saat saya berdialog dengan “bagian” (baca: program) yang tidak setuju bila Rosa menikah, saya mendapat jawaban yang jelas dan lugas. Ternyata “bagian” ini khawatir Rosa tidak bisa menepati janjinya, menyayangi dan mendampingi ibunya karena bila menikah, menurut pemikiran “bagian” ini, Rosa harus mengikuti suaminya dan meninggalkan ibunya sendiri. “Bagian” ini tidak setuju dengan hal ini.
Nah, anda jelas sekarang?
Saya beri satu contoh lagi biar lebih jelas.
Saya mendapat email dari seorang pembaca buku, sebut saja Bu Asri, yang mengeluh bahwa ia telah berusaha keras untuk menaikkan penghasilannya namun selalu gagal. Setelah membaca buku The Secret of Mindset dan mendengarkan CD Ego State Therapy ia menemukan program pikiran yang menghambat dirinya, khususnya di aspek finansial.
Ternyata dulu, saat akan menikah, ia mendapat wejangan dari ibunya, “Nak, ingat ya… nanti waktu menjadi seorang istri, cintai suamimu dengan tulus, baik di kala suka mapun duka, layani dengan sepenuh hati, tempatkan suami sebagai kepala rumah tangga, jaga perasaan dan harga diri suami, jangan melebihi suamimu…….”
Pembaca, wejangan (baca: program) ini tentu sangat baik. Namun menjadi masalah karena program ini justru menghambat upaya Bu Asri meningkatkan penghasilannya. Selidik punya selidik ternyata penghasilan Bu Asri saat ini sama dengan penghasilan suaminya. Makanya saat ia berusaha menaikkan income-nya selalu saja ada hambatan. Program ini yang menghambat dan tujuannya juga sangat “positif” yaitu agar Bu Asri bisa menjadi istri yang baik sesuai wejangan ibunya.
Bagaimana, jelas sekarang?
Suatu program, selama tidak bersifat menghambat diri kita maka jangan diotak-atik. Biarkan saja. Nggak usah bingung. Ada rekan yang, setelah membaca buku dan mengerti soal mental block, begitu giat mencari berbagai mental blocknya. Bahkan sampai mengeluh,”Pak, saya kok nggak menemukan mental block saya ya?”.
Lha, kalo memang nggak ada trus apa harus dipaksakan ada? Bukankah lebih baik bila waktu yang ada digunakan untuk belajar dan mengembangkan diri? Kekhawatiran karena tidak menemukan mental block justru bisa menjadi mental block baru.
Lalu, bagaimana sikap yang benar?
Ya, santai saja lah. Nggak usah aneh-aneh. Kita harus netral saja. Selama hidup kita happy, usaha lancar, semua berjalan seperti yang kita rencanakan dan harapkan maka nggak usah pusing soal mental block.
Mental block akan kita rasakan saat ada penolakan atau hambatan untuk mencapai suatu target yang lebih tinggi. Penolakan ini juga timbul saat kita ingin berubah.
Ini saya kutip email yang baru saya terima dari seorang pembaca buku saya:
“Saya ingin lebih memahami dan membaca buku-buku anda. Saya beli The Secret of Mindset. Saat baca ada aja perasaan yang membuat saya malas, ngantuk dsb. Padahal saya sungguh ingin membaca buku TSOM. Bagaimana solusinya?”
Perasaan malas, mengantuk, dan berbagai perasaan lain yang menghambat upaya untuk berubah ini adalah ulah nakal dari mental block kita. Nah, ini saatnya kita perlu menemukan dan mengenali mental block ini. Setelah ditemukan… ya dibereskan. Gitu aja kok repot.
Intinya, jika anda telah menetapkan target yang lebih tinggi, dari apa yang telah anda capai saat ini, dan anda merasa ada yang tidak enak di hati anda maka ini indikasi adanya mental block.
Atau jika anda mengalami kegagalan yang beruntun atau yang mempunyai pola kegagalan yang sama, maka ini indikasi sabotase diri alias mental block.
Pembaca, wejangan (baca: program) ini tentu sangat baik. Namun menjadi masalah karena program ini justru menghambat upaya Bu Asri meningkatkan penghasilannya. Selidik punya selidik ternyata penghasilan Bu Asri saat ini sama dengan penghasilan suaminya. Makanya saat ia berusaha menaikkan income-nya selalu saja ada hambatan. Program ini yang menghambat dan tujuannya juga sangat “positif” yaitu agar Bu Asri bisa menjadi istri yang baik sesuai wejangan ibunya.
Bagaimana, jelas sekarang?
Suatu program, selama tidak bersifat menghambat diri kita maka jangan diotak-atik. Biarkan saja. Nggak usah bingung. Ada rekan yang, setelah membaca buku dan mengerti soal mental block, begitu giat mencari berbagai mental blocknya. Bahkan sampai mengeluh,”Pak, saya kok nggak menemukan mental block saya ya?”.
Lha, kalo memang nggak ada trus apa harus dipaksakan ada? Bukankah lebih baik bila waktu yang ada digunakan untuk belajar dan mengembangkan diri? Kekhawatiran karena tidak menemukan mental block justru bisa menjadi mental block baru.
Lalu, bagaimana sikap yang benar?
Ya, santai saja lah. Nggak usah aneh-aneh. Kita harus netral saja. Selama hidup kita happy, usaha lancar, semua berjalan seperti yang kita rencanakan dan harapkan maka nggak usah pusing soal mental block.
Mental block akan kita rasakan saat ada penolakan atau hambatan untuk mencapai suatu target yang lebih tinggi. Penolakan ini juga timbul saat kita ingin berubah.
Ini saya kutip email yang baru saya terima dari seorang pembaca buku saya:
“Saya ingin lebih memahami dan membaca buku-buku anda. Saya beli The Secret of Mindset. Saat baca ada aja perasaan yang membuat saya malas, ngantuk dsb. Padahal saya sungguh ingin membaca buku TSOM. Bagaimana solusinya?”
Perasaan malas, mengantuk, dan berbagai perasaan lain yang menghambat upaya untuk berubah ini adalah ulah nakal dari mental block kita. Nah, ini saatnya kita perlu menemukan dan mengenali mental block ini. Setelah ditemukan… ya dibereskan. Gitu aja kok repot.
Intinya, jika anda telah menetapkan target yang lebih tinggi, dari apa yang telah anda capai saat ini, dan anda merasa ada yang tidak enak di hati anda maka ini indikasi adanya mental block.
Atau jika anda mengalami kegagalan yang beruntun atau yang mempunyai pola kegagalan yang sama, maka ini indikasi sabotase diri alias mental block.
Demikian Adi W Gunawan dalam tulisannya tentang mental block yang negatif. Keberadaan mental blog didalam diri kita umumnya tidak kita sadari, kita bisa mengenalnya jika kita mengalami kegagalan secara beruntun dengan pola yang sama. Sulit mendapat jodoh, selalu gagal membuka peluang bisnis, karir tidak pernah naik, itu adalah indikasi adanya mental block yang menghalangi anda.
Bagaimana membongkar mental block yang merintangi kita ? pertama tentu kita harus menemukan dan mengenal mental block yang ada pada diri kita, setelah ketemu …..ya dilawan gitu. Ada satu cara yang cukup ampuh untuk menghancurkan mental block yang menghambat karir dan pengembangan diri yaitu dengan membaca ayat Qur’an yang dapat memotivasi diri secara berulang ulang. Contohnya sebagai berikut:
Takut gagal, merasa lemah, merasa tidak sanggup mendapatkan sesuatu
Baca surat Fathir ayat 2:
Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorang pun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorang pun yang sanggup untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Fathir 2)
Baca ayat tersebut berulang ulang, kalau belum hafal dengarkan rekaman ayat tersebut dari Qur’an Elektronik yang dibaca oleh Syek Abdurahman Sudais atau Musyaari Rasyid camkan maknanya didalam hati . Kemudian tadabburi ayat tersebut untuk menanamkan suatu keyakinan baru didalam fikiran bawah sadar kita sesuai makna ayat tersebut;
” Ya Allah telah Kau sampaikan kepada kami dalam Qur’anMu yang Agung, bahwa apa saja rahmat yang kau bukakan bagi kami, tidak ada seorangpun yang dapat mencegahnya. Dan apa saja yang Kau tahan dari kami tidak ada seorangpun yang dapat memberinya selain Engkau. Ya Allah bukakan bagi kami pintu rahmat dari segala penjuru yang Kau berkahi, Engkau maha kuat untuk melaksanakan apa yang Kau kehendaki. Apa yang Kau kehendaki pasti terjadi , apa yang tidak Engkau kehendaki mustahil terjadi, perkenankanlah permohonan kami ya Allah ”
Lantunan ayat suci Al Qur’an yang dibaca dengan tartil akan membawa fikiran memasuki gelombang alfa. Dengan memahami makna dan mentadabburinya kandungan ayat tersebut akan menghunjam kedalam hati dan fikiran bawah sadar, menghancurkan mental blocking yang negatif dan membangun sikap mental baru yang positip. Kenali mental blocking yang merintangi anda, cari ayat Qur’an yang sesuai untuk menghancurkan mental blocking dan membentuk sikap mental yang baru dan positip.
Hidup serba kekurangan, miskin dan merasa tidak mampu meraih kehidupan yg lebih baik
Disamping membaca surat Fathir ayat 2 diatas baca pula surat Al Israak ayat 30
Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. ( Al Israak 30)
Baca ayat tersebut berulang ulang, kalau belum hafal dengarkan rekaman ayat tersebut dari Qur’an Elektronik yang dibaca oleh Syek Abdurahman Sudais atau Musyaari Rasyid camkan maknanya didalam hati . Kemudian tadabburi ayat tersebut untuk menanamkan suatu keyakinan baru didalam fikiran bawah sadar kita sesuai makna ayat tersebut;
“ Ya Allah telah Kau sampaikan kepada kami dalam Qur’anMu yang agung, bahwa Engkaulah yang melapangkan dan menyempitkan rezeki bagi siapa yang Engkau kehendaki. Engkau maha mengetahui dan maha memperhatikan keadaan hamba hambaMu. Ya allah bukakan bagi kami pintu rezeki dari langit dan bumiMu, bukakan bagi kami pintu rezeki dari segala penjuru yang Engkau berkati. Jangan Kau sempitkan hidup kami ya Allah, lapangkan hidup kami selapang lapangnya. Engkau maha mengetahui dan memperhatikan keadaan kami. Tolong kami ya Allah. Kau maha kuat melaksanakan apa yang Kau kehendaki. “
Lantunan ayat tersebut yang dibaca dengan berulang ulang diharapkan dapat menghancurkan mental blocking dan menciptakan suatu keyakinan baru yang positip. Ayat tersebut dapat juga dibaca dalam shalat yang dilakukan dengan benar dan khusuk.
Pada dasarnya ayat Qur’an yang anda baca dengan khusuk dan meresap kedalam jiwa akan membebaskan anda dari berbagai mental blocking yang anda sadari maupun tidak ada sadari. Al Qur’an mengajak anda untuk berserah diri kepada Allah yang mempunyai kekuatan tak terbatas. Bersama Allah bagi anda tidak ada hal yang tidak mungkin. Doa sapujagat dalam duduk iftirosh jika dibaca dengan khusuk dan sunguh sunguh, juga akan membebaskan anda dari mental blocking : Robighfirli, warhamni, wajburni, warfa’ni, warzuqni, wahdini, wa’afini, wa’fuanni… wahai Tuhan ku.. ampunilah aku… rahmati aku… tutupi keburukanku… angkat derajatku… berilah aku rezeki… berilah aku petunjuk… sehatkanlah aku… maafkan aku… Itu adalah do’a yang dahsyat dibaca minimal 17 kali dalam sehari semalam. Jika Allah kabulkan anda akan terbebas dari berbagai kesulitan dan tekanan hidup.